PARAMETER TODAYS, SOLO – Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka mencopot Suparno, Lurah Gajahan, Kecamatan Pasar Kliwon, Solo. Suparno terlibat praktik pungutan liar berkedok zakat fitrah.
Pungutan tersebut dilakukan beralaskan surat edaran yang diteken lurah. selanjutnya sebanyak 22 anggota Satuan Perlindungan Masyarakat Kelurahan Gajahan mengedarkannya.
Surat dimaksud lengkap berkop Paguyuban Satlinmas Gajahan. Dengan itu, pengusaha dan pemilik toko/kios yang berada di Kelurahan Gajahan diminta memberi zakat fitrah.
“Hari Senin dibebastugaskan,” kata Gibran usai memimpin Upacara Hari Pendidikan Nasional, Minggu (2/5/2021).
Putra Presiden Joko Widodo itu meminta agar Inspektorat beserta Badan Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan Daerah (BKPPD) Kota Solo segera memproses pelanggaran disiplin tersebut. Ia meminta dua instansi tersebut bekerja cepat untuk memberi rasa keadilan kepada warga yang dirugikan.
“Makanya langsung kita bebastugaskan. Kita enggak mau lama-lama. Bikin warga kurang nyaman,” katanya.
Gibran tak sepakat jika praktik tersebut dianggap sebagai bagian dari tradisi berbagi saat Lebaran.
“Tradisi apa? Itu menyalahi aturan. Jangan mengatasnamakan tradisi. ASN di kota solo harus membiasakan yang benar bukan membenarkan yang sudah biasa,” katanya.
Gebrakan Keras
Menanggapi aksi Gibran, Direktur Parameter Politik Adi Prayitno, kepada wartawan mengatakan hal itu sebagi gebrakan keras.
“Gibran ingin menunjukkan kepada publik bahwa sebagai Wali Kota Solo dia bisa bertangan besi. Bisa keras kepada pihak-pihak yang tidak sesuai dengan prosedur. Ini yang saya sebut, Gibran ini mulai unjuk kebolehan sebagai wali kota,” kata dia.
Adi menyebut, publik mungkin menilai Gibran bisa menjadi wali kota karena embel-embel anak presiden. Karena itu, menurutnya, keputusan memecat lurah yang diduga terlibat pungli ini adalah upaya Gibran meng-counter penilaian publik.
“Kan selama ini publik menilai Gibran jadi wali kota terlampau mudah karena dia anak presiden dan tidak didasarkan pada rekam jejak, kapasitas, kompetensi dan leadership. Nah sepertinya pemecatan lurah pungli ini sebagai unjuk kebolehan dari Gibran kepada publik bahwa dia bisa bekerja dengan tegas, dengan keras kepada pihak-pihak yang memang tidak sesuai dengan kaidah dan norma demokrasi dan pemerintahan,” papar Adi.
“Jadi Gibran di sini tidak mau disebut sebagai wali kota yang duduk manis. Tapi sekali lagi, dia ingin menunjukkan bahwa dia bisa melakukan apa saja, tangan besi kepada pihak yang menurut dia melanggar hukum dan aturan,” imbuhnya.
Tak berbeda dengan Bobby, Adi juga menilai Bobby sedang unjuk kebolehan dengan memecat lurah ketahuan pungli.
“Kan polanya hampir sama dengan Bobby di Medan. Bobby juga memecat orang yang dinilai melakukan tindakan-tindakan extra ordinary kan. Baik Gibran atau pun Bobby sepertinya mulai ingin menunjukkan kepada publik bahwa dia bisa unjuk kebolehan menjadi wali kota,” terangnya. (jay/net)