HARAPAN BARU, UNTUK BUPATI BARU MADINAKU Sayang, MADINAKU Malang

0
263

PARAMETER TODAYS, Mandailing – MADINA yang merupakan singkatan dari Mandailing Natal. Sebuah Kabupaten pemekaran dari yang dulunya TAPSEL atau Tapanuli Selatan yang terletak di Sumatera Utara. Sempat menjadi viral dan sorotan Kabupaten Kota di Sumatera Utara. Kenapa tidak, karena Kabupaten MADINA dikenal sebagai salah satu gudang orang pintar, cerdas dan orang hebat Sumatera Utara. Seperti halnya Jend Besar A.H.Nasution, H.Adam Malik Batubara, Adnan Buyung Nasution, Cok Simbara, banyak lagi yang lainnya. Yang tak bisa disebut satu per satu.

Berdirinya Kabupaten ini diharapkan membawa angin segar untuk kemajuan masyarakat Mandailing Natal khususnya, Sumatera Utara Umumnya.

Kabupaten yang dulunya merupakan gabungan dari 5 Kecamatan besar di Tapanuli Selatan. Kecamatan Siabu yang disebut juga Mandailing Jae (hilir), Kecamatan Panyabungan yang disebut juga Mandailing Godang (Besar / Raya). Dikenal di dominasi marga Nasution atau Nasaktion. Yang kini telah menjadi ibukota Kabupaten MADINA. Kecamatan Kotanopan yang disebut juga the real of Mandailing, juga dijuluki Mandailing julu (hulu) yang hampir di dominasi Marga Lubis alias Luar biasa pelesetan orang sana..

Kecamatan Muara Sipongi yang merupakan kecamatan besar berbatasan langsung dengan Sumbar. Yang didiami oleh suku Ulu, dengan bahasa Ulu dialek Rao Sumatera Barat dan Mandailing.
Kecamatan Batang Natal yang dikenal dengan kandungan emasnya ibukotanya Natal yang merupakan daerah pesisir berbatasan dengan Sumatera barat. Yang didominasi suku Mandailing, Minang, Pesisir. Maka jelaslah, Kabupaten Mandailing Natal merupakan kombinasi kewilayahan / Kesukuan Mandailing dengan kesukuan pesisir Natal serta Ulu, Atau Gabungan 5 kecamatan besar pada masanya.

Kabupaten Mandailing Natal hampir sama secara historis dengan kisah Kabupaten PPU ( Panajam Pasir Utara ) di Kalimantan Timur. Gabungan dari kewilayahan Paser Utara dengan Kewilayahan Panajam di Pesisir yang dulunya merupakan wilayah Balikpapan.

Reflexi 22 tahun MADINA berdiri sejak tahun 1999, apa yang telah dicapai. Kepala daerah telah berapa kali berganti dan tergantikan. Hiruk pikuk PILKADA sangat dirasakan oleh masyarakat Madina. Mereka merasakan apa itu team sukses, apa itu sukses. Apa itu NPWP alias Nomor piro Wani Piro, mereka telah paham dan turut berpesta di dalamnya.

Sekarang apa yang sudah di dapat oleh masyarakat MADINA setelah 22 tahun jadi daerah otonom. Banyak yang bahagia dan terbahagiakan, tentu masih lebih banyak yang sengsara dan tersengsarakan. Lantas sudah sejauh mana tindakan pemangku kebijakan di bumi gordang sambilan ini. Apakah sudah tersentuh atau menyentuh pada lapisan bawah, atau hanyalah tersentuh pada kalangan atas saja.

BIDANG EKONOMI KERAKYATAN

Apakah selama ini pemerintah kabupaten telah melakukan pembinaan terhadap UKM – UKM. Atau koperasi – koperasi yang berbasis kerakyatan. Dan juga melakukan pelatihan – pelatihan dibidang keterampilan ketenaga kerjaan yang berujung pada kemandirian. Apa sebatas seremonial pelatihan yang tak berkelanjutan dan tak berujung.

Bagaimana peran pemerintah terhadap sentra – sentra ekonomi rakyat yang berbasis pada pertanian, perikanan, perkebunan. Juga penertiban atau boleh jadi pembinaan terhadap tambang – tambang emas rakyat sehingga berdayaguna bagi kepentingan daerah. Bisa saling menguntungkan bagi pelaku usaha tambang, pemerintah juga bagi masyarakat sekitar.

PENYERAPAN TENAGA KERJA LOKAL

Penyerapan tenaga kerja lokal dari perusahaan yang mencari nafkah di MADINA. Apakah selama ini sudah terpenuhi. Ataukah masyarakat lokal hanya sebagai penonton. Termasuk perusahaan Tambang Emas yang beroperasi di MADINA atau juga perusahaan pemanfaatan panas bumi. Dan masih banyak lagi yang mesti menjadi perhatian pemkab MADINA.

INSPRASTRUKTUR

Inprastruktur daerah, khususnya jalan lingkungan yang hanya asal jadi, semestinya juga menjadi perhatian pemerintah. Termasuk yang mesti jadi sorotan pemerintah, jalan Lintas Sumatera yang menjadi ikon Sumatera utara. Sehingga sering menjadi anekdot *apabila kita dari Sumatera barat menuju Medan naik mobil, bila terbangun itu tandanya anda telah masuk Sumatera utara*. Boleh jadi hal ini menjadi alasan Pemkab MADINA, bahwa Jalinsum bukan tanggung jawan Pemkab, tapi pemprov. Namun mesti ada sinergi antara Pemkab dengan Pemprov, komunikasi harus dibangun.

PENGELOLAAN BATANG GADIS

Batang Gadis yang merupakan sungai terpanjang di Mandailing, saatnya mendapat prioritas pengelolaan pemkab. Baik itu pengelolaan azas manfaat irigasi persawahan, pertanian, perkebunan, perikanan, juga sebagai tempat wisata alam. Pembuatan arung jeram,dll. Dalam hal ini, Media ini menyoroti, prihal kebersihan daripada sungai yang masih belum terkelola tak terawasi. Kita melihat budaya lama masyarakat yang membuang sampah ke Sungai masih saja berjalan. Sehingga aliran sungai yang mestinya jernih, bersih, bisa dijadikan tempat wisata alam akhirnya terbatalkan.

LAHAN KOSONG

Pemanfaatan lahan kosong di MADINA sangat memungkinkan MADINA menjadi lumbung baru komoditi. Semisal Komoditi buah – buahan varian baru yang bisa tumbuh subur di MADINA. Atau komoditi pengembangan produk andalan yang bisa membanggakan MADINA seperti halnya kopi Robusta Mandailing. Kopi Mandailing katanya yang terkenal sampai ke Eropah pada zamannya. Namun tak dikenal di dalam Negeri mestinya sudah menjadi perhatian pemkab juga.

Pengelolaan pertanian dibidang palawija, yang selama ini masih mengandalkan import dari Siborong – borong, Berastagi bahkan Bukittinggi. Sudah saatnya kita berhenti import hanya sebatas kebutuhan palawija dan komoditas pertanian lainnya. Dengan memanfaatkan lahan kosong, mari kita ciptakan MADINA yang swasembada pangan.

SENTRA WISATA BUATAN

Apakah Sangat kurang efektif selama ini pembuatan sentra – sentra wisata buatan. Seperti halnya sentra wisata sawah di kotanopan,kurang fasilitas, seperti Musholla, kamar kecil, tempat sampah, wisata Taman Raja Batu, dsb, karena kurang berbobot dan alami, karena lebih banyak mengandalkan sentuhan imajinasi.
Serta kurangnya promosi, iklan memanfaatkan sarana yang ada. Semisal lewat brosul, pamflet, media online, media transportasi semisal memanfaatkan angkutan antar kota Kabupaten meliputi Tapanuli Selatan dan Sumatera Utara. Bahkan Antar kota Antar provinsi, kerjasama Pemprov Sumut dengan bis ternama ALS (Antar Lintas Sumatera), milik orang Mandailing.

Sekarang mari kita lihat serta evaluasi sampai dimana pemanfaatan objek wisata tersebut terhadap APBD MADINA. Apakah sebanding penyerapan APBD dengan pemasukan APBD menjadi kajian juga ke depan.

NEGERI BERADAT TAAT BERIBADAT

Bumi Gordang sambilan dari dulu dikenal sangat kental memegang adat istiadat serta religi. Adat istiadat itu di tuangkan dalam kehidupan sehari – hari masyarakat Mandailing.Namun sesuai perkembangan zaman serta berubahnya Mandailing sebagai daerah otonom membuat semua berubah. Baik dari segi Adat istiadat, tutur kata, tutur sapa, etika, sopan santun yang sudah mulai luntur. Demikian juga sikap religius masyarakat Mandailing selama ini cukup kental, saat ini juga mengalami kelunturan. Hal ini mestinya menjadi perhatian pemerintah juga, bukan sebatas semboyan atau motto saja. Peran daripada komponis atau sastrawan Mandailing, komposer Mandailing dalam mencipta lagu. Turut juga punya peran dalam melunturkan keaslian budaya Mandailing, semisal pemakaian bahasa Mandailing didalam hak cipta lagu banyak terkesan asal. Termasuk memasukkan budaya Mandailing di dalam karya cipta lagu tidak mencerminkan budaya Mandailing.

22 TAHUN MADINA

Bukan waktu yang sekejab masa 22 tahun untuk menggawangi daerah otonom. Apa yang sudah dicapai, apa yang belum dicapai. Sampai dimana pencapaian yang dicapai. Penataan kota yang mesti harus ditata rapi lagi. Tidak sebatas median jalan, atau pertokoan yang berjejer, tapi lebih dari itu. Parkir kenderaan yang begitu sembraut juga mesti perhatian pemerintah, termasuk kebersihan kota.

BUPATI BARU, HARAPAN BARU

Dengan usainya pilkada tahun 2020, MADINA telah punya kepala daerah yang baru. Yang tentunya menjadi tumpuan harapan baru bagi masyarakat MADINA pasangan Bupati H.M.Ja’far Sukhairi Nasution dan Atika Azmi Utammi Nasution, B.App.Fin, M,Fin ini menjadi harapan besar bagi masyarakat MADINA ke depan dari berbagai aspek.Menuju Madina yang lebih baik, yang lebih Religi, yang lebih bermartabat. Duet Nasution yang merupakan jelmaan dari Mandailing Godang dan julu ini diharapkan membawa MADINA melaju melejit dari berbagai aspek kehidupan.

Tentunya dengan pengalaman H.M.Ja’far Sukhairi Nasution pernah menjabat sebagai wakil Bupati MADINA, ditambah keilmuan dari Atika Azmi Utammi Nasution,B,App,Fin,M,Fin yang jebolan Sidney Australia, semoga MADINA mampu mengejar ketertinggalannya dari Kabupaten Kota yang lain.Aamiin. (Rahmad Lubis)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini