Jakarta, Parametertodays.com – Berbagai tantangan sejak lama mengadang pelaku usaha bengkel otomotif yang hingga kini tak kunjung ditemukan solusinya, baik parsial apalagi tingkat nasional. Padahal, kemampuan menemukan pemecahan berbagai tantangan itu adalah kunci penting bagi keberlanjutan usaha sekaligus peningkatan kesejahteraan pelaku dan pekerja bengkel.
Dari sekitar 400 ribu bengkel yang tersebar di 81.616 desa di Indonesia, sebanyak 95 persen di antaranya adalah bengkel kendaraan dan bagian-bagiannya yang masuk dalam kategori skala mikro, kecil, dan menengah atau UMKM. Bengkel ini menyerap sedikitnya 2 juta tenaga kerja terampil dan menjadi gantungan hidup bagi lebih dari 5 juta jiwa. Karena itu kehadiran usaha bengkel UMKM menjadi penopang ekonomi nasional, baik dalam aspek penyerapan tenaga kerja maupun pengentasan kemiskinan.
Hingga 2021 tercatat setidaknya ada 140 juta unit kendaraan bermotor yang tersebar di seluruh nusantara. Sebagian besar kendaraan tersebut menjalani perawatan dan perbaikan di bengkel UMKM.
Namun ironisnya, walaupun mempunyai konsumen dalam jumlah yang sangat banyak dan ril, pelaku bengkel otomotif skala UMKM justru masih banyak yang masih prihatin. Hal tersebut disebabkan faktor-faktor sebagai berikut:
- Belum adanya skema pembiayaan pengadaan lokasi bengkel yang sesuai karakteristik usaha bengkel, padahal lokasi bengkel menentukan kelangsungan usaha.
- Akses permodalan yang tidak mudah.
- Kesulitan akses terhadap suku cadang.
- Masih sering menjadi korban pemerasan oknum.
- Rendahnya tingkat pendidikan.
- Rendahnya skill, kompetensi, dan pengetahuan teknik otomotif.
- Belum tumbuhnya kesadaran bisnis, bengkel masih terbelenggu pola pengelolaan cara tradisional.
- Kurang percaya diri, persaingan tidak sehat dan cenderung perang harga.
- Kesulitan akses peralatan kerja tertentu sebagai dampak proteksi.
- Secara umum masih rendahnya tingkat kesejahteraan.
Konsekuensi dari semua itu adalah bengkel UMKM sulit tumbuh, maju, sehat, apalagi berkelanjutan. Banyak bengkel yang timbul dan tenggelam, atau mati segan hidup tak mau, meski populasinya menjamur dari kota hingga pelosok desa. Kondisi seperti ini tentu tidak baik bagi kelangsungan usaha dan perekonomian nasional.
Guna mencarikan solusi atas seabrek tantangan di atas, Persatuan Bengkel Otomotif Indonesia (PBOIN) hadir sebagai wadah berhimpun dan sarana perjuangan para pengusaha bengkel demi mewujudkan iklim usaha yang kondusif, menguntungkan, serta mensejahterakan pelaku dan pekerja secara berkesinambungan.
Ketua Umum PBOIN Hermas E Prabowo, mengatakan, para pengusaha bengkel, pemilik lembaga pelatihan perbengkelan, aktivis, serta akademisi sudah bertekad untuk segera mendeklarasikan berdirinya PBOIN. Wadah ini ditujukan sebagai tempat berhimpun dalam mengupayakan segala aspek yang terkait dengan kebutuhan primer anggota mengenai perbengkelan.
“Hal tersebut meliputi perlindungan usaha, pemenuhan hak-hak berusaha, mewujudkan iklim usaha yang kondusif, perlindungan hukum dan advokasi, pengembangan skill, pengetahuan, dan usaha bengkel yang berkelanjutan atau sustainable,’’ urai Hermas dalam keterangan pers, di Jakarta, Sabtu (25/9/2021).
Ditambahkan, PBOIN kelak akan menjadi mitra strategis pemerintah dalam perumusan kebijakan ekonomi dan kebijakan strategis lain terkait dunia usaha perbengkelan dan UMKM. ‘’Ini demi terwujudnya pemerataan ekonomi dan kesejahteraan bersama,’’ ucap Hermas. (Tar)