PARAMETER TODAYS, Mandailing – Indonesia kaya akan SDM (Sumber Daya Manusia), lebih – lebih Sumber Daya Alam (SDA), tak diragukan lagi. Hal ini duniapun mengakuinya, terbukti banyak yang terpesona melihat kekayaan Alamnya, bahkan mencurinya.
Keindahan serta kekayaan Alam negeri khatulistiwa ini sungguh tak disangsikan lagi. Sehingga banyak dituangkan dalam lirik lagu. Semisal koes plus, menggambarkan tanah Indonesia cukuplah kaya, merupakan tanah surga, hingga tercipta lagu kolam susu. Sangkin kaya dan indahnya tak jarang kita dengar, bahwa Indonesia merupakan serpihan surga.
Bagian dari serpihan surga itu kita dapati juga di tanah Mandailing, negeri para penyair dan pujangga. Yang sering juga disebut negeri bumi Gordang sambilan. Tanah kelahiran Jenderal besar H.A.H. Nasution, Negeri beradat, taat beribadat. Negeri seribu pesantren, yang merupakan serambi Mekahnya Sumatera Utara.
Dalam lawatan parametertodays, Senin, 16/08/2021, bertajuk tour of Sumatera. Penulis tertarik melihat pemandangan yang cukup unik. Ya cukup unik, di pinggir Sungai, yang dikenal Sungai Batang Gadis. Sungai terpanjang di Tapanuli selatan, membelah, membentang sepanjang jalan Lintas Sumatera.
Penulis terkaget dan heran melihat ada beberapa orang menggali lubang, memasukkan air ke lubang, mengeluarkan bebatuan dari lubang. Dan mengisap air dari lubang dialirkan ke papan yang sudah dilengkapi saringan. Penulis sempat bingung, apa mau apa, apa yang dikerjakan.
Ternyata setelah penulis berbincang dengan tokenya, atau big bossnya yang berinisial IN (tak mau disebut namanya), juga mantan pengusaha sukses di Metropolitan Jakarta.
Mereka rupanya sedang menambang emas secara tradisionil semi modern level dua. Dikatakan level dua, karena level satu merupakan cara menambang dengan hanya menggali tanah dengan mendulang. Sedang level dua menggali tanah, menghisap air dengan mesin di galian, mengalirkan ke penyaringan yang akhirnya di dulang.
“Saya menggeluti pekerjaan ini bang, baru satu setengah tahun.Dan Alhamdulillah, baru lokasi ini yang betul – betul garapan mentah, karena selama ini saya dapat tambang bekas orang,,” pungkasnya dengan sumringah.
Menurut pengakuannya, beliau punya karyawan sebelas orang. Dan kesebelas karyawan tersebut sudah tau tugas masing – masing.
Ketika ditanya tentang status kepemilikan tanah. Beliau menyampaikan bagi hasil sesuai kesepakatan bersama termasuk dengan karyawan. Begitu juga hasil yang di dapat dibagi setiap hari. Karena semua yang kerja, merupakan bapak rumah tangga. Untuk makan dan kebutuhan lainnya bawa masing – masing dan itu juga sudah merupakan kesepakatan bersama.
Ketika media ini menanyakan penghasilan yang didapat, dengan senyum beliau mengatakan, “Alhamdulillah bang, adalah untuk dibawa pulang bang, ya namanya kerja bang, kadang banyak didapat, kadang pas – pasan. Mudah-mudahan cukuplah untuk biaya rumah tangga bang,” pungkasnya.
Memang kalo kita lihat begitu banyak tambang emas rakyat di Mandailing, maka tak salah Mandailing juga disebut tano sere (tanah emas).
Di sepanjang aliran sungai Batang gadis, serta perbukitan di Mandailing menjamur tambang emas rakyat. Walau tak bisa dipungkiri ada juga tambang emas resmi yang punya perizinan dan diakui pemerintah setempat.
Media ini juga sempat menanyakan tentang suka dukanya. Beliau dengan nada rendah memaparkan, “sukanya sich bang, namanya pekerjaan di nikmati aja bang. Kalo rezeki kan bang sudah Allah atur. Kalo dukanya bang, ya ada juga bang, termasuk meledaknya satu mesin. Tapi semua tetap harus di nikmati bang,” ucapnya, disela kesibukannya melihat kelengkapan pekerja di pagi itu, mengakhiri perbincangan dengan media ini. (Rahmad Lubis)